Blogger Template by Blogcrowds

Long Road To Germany

Long Road To Germany
Ada beberapa kelebihan yang sangat menonjol dengan pemberian beasiswa oleh pihak swasta atau pemerintah Jerman sendiri yakni beasiswa yang diberikan bukan hanya untuk mahasiswa yang melanjutkan pendidikan tapi juga biaya untuk menghidupi istri dan anak yang dapat dibawa ke Jerman juga. Anda bisa bandingkan dengan beasiswa di negara lainnya !!
Beasiswa yang datang dari Jerman berasal dari lembaga swasta yang cukup terkenal yakni GTZ dan Alexander Von Humdolt Foundation. Sementara beasiswa yang dari Pemerintah Jerman diorganisasikan oleh Deutscher Akademischer Austauschdienst (DAAD, Dinas Pertukaran Akademis Jerman). Disamping nilai beasiswa yang lumayan besar (Rp 11. juta per bulan..gila bisa kaya pulang dari Jerman neh), beasiswa Pemerintah Jerman ini pun memiliki kelebihan dalam menjaga hubungan kolegial seusai program belajar. Kelanjutan hubunagn akan terus dijaga dan memungkinkan para ex-mahasiswa atau mantan penerima beasiswa untuk sekali-sekali kembali lagi dan meneliti di Jerman.
Persoalan yang sering muncul adalah dalam membidik beasiswa di Jerman ini adalah sangat kurangnya informasi tentang sederatan tahapan sebelum beasiswa itu sendiri.
Nah Ivanovich Agusta dengan baik hati membocorkan beberapa informasi tentang gambaran tahapan seleksi penerimaan beasiswa di Jerman yang saya dapatkan dari Kompas edisi 5 Maret 2002. Jadi anda yang baca termasuk sedikit orang yang sangat beruntung (bela-belain neh ngetik sampe cape demi rekan-rekan..sebagai balasannya klik-klik deh tuh iklan yang ada di blog ini ya..hehehehe....ga ikhlas neh ??..iklhas kok..asal temen-temen ngeklik aja..tetep)
Kita mulai dari awal ya..sebagai gambaran jika kamu-kamu atau ente-ente pengen dapetin beasiswa di Jerman, kudu siapin deh tu stamina yang kuat, dan kondisi psikis karena terus terang saja jalannya tidak mudah dan sangat panjang serta melelahkan..bagi yang suka menyerah mending ga usah aja deh karena dibutuhkan mental pejuang sampe titik darah penghabisan (wuuiiihhh serem..mau kuliah ato perang neh) juga satu lagi (hampir lupa neh) musti terus menerus menghubungi DAAD dan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi(Ditjen Dikti) Departemen Pendidikan Nasional..buat apa??? Nah baca terus ya biar paham.
Patut diinget oleh teman-teman bahwa beaiswa ini selalu ada setiap tahunnya dan batas akhir penerimaan berkas lamaran beasiswa setiap tanggal 15 desember tiap tahunnya. Erkas tersebut mencakup terjemahan bahasa Inggris dari ijazah serta nilai jenjang SLTA dan perguruan tinggi, bukti lulus tes bahasa inggris dan proposal penelitian.
Sertifikat TOEFL menjadi bukti kemampuan berbahasa Inggris. Namun hampur semua tanda kehidupan sehari-hari di Jerman menggunakan bahasa Jerman, sebagaimana di Jepang. Oleh karenanya, skor TOEFL yang diminta cukup tergolong rendah minimal 475 (horeeee.....yang bego-bego dikit bisa neh..tapi jangan senang dulu freennn..kenapa?? baca terus ya). Itupun tidak harusberupa sertifikat Internasional TOEFL atau nstitusional TOEFL tetapi cukup Pre-TOEFL yang bisa diujikan kapan saja oleh lembaga kursus bahasa Inggris dan harganya juga lebih murah (horeeee.....!!! jangan senang dulu...baca terus ntar pasti keder deh kalo dah tau). Sebagai gantinya setiap calon penerima beasiswa wajib mengikuti kursus mampu menggunakan bahasa Jerman secara aktif..ingat aktif bukan pasif ya (tuh kan mangnya gampang apa bahasa Jerman).
Seleksi tahap awal selama dua bulan dilakukan secara tertutup oleh DIKTI dan DAAD. Sejak tahapan ini biasanya sekitar bulan Januari-Februari. Ada baiknya pelemara menanyakanke Kantor DAAD di Jakarta. Karena kalo bukan kita yang menanyakan langsung biasanya berdasarkan pengalaman berita kita lulus tes atau kapan waktu tes tidak akan pernah sampai ke kita walaupun ada pemberitahuan melalui surat atau email namun lama banget sampainya bozz...jadi hubungi terus tuh si DIKTI dan DAAD ya...
Tahapan selanjutnya adalah tes wawancara pada akhir Februari, yang difokuskan kepada proposal penelitian. Begitu pentingnya proposal tersebut, sampai-sampai para Profesor dari Jerman membantu pembuatan proposal dari beberapa pelamar. Wawancara itu sendiri teramat singkat sekitar 15 menit namun sangat menentukan. Disana diperlukan penggambaran proposal penelitian yang tangguh. Salah satu tips neh untuk mendapatkan poin lebih pada wawancara adalah mencantumkan hasil publikasi sebanyak-banyaknya. Para profesor yang menjadi pewawancara dan penilai ini biasanya terkesan oleh publikasi pelamar.
Delapan minggu seduadahnya dikeluarkan surat keterangan bahwa palamar secara prinsip diterima atau ditolak oleh DAAD pusat di Bonn. Begitu diterima, pelamar masuk kepada tahapan kursus bahasa Jerman tingkat dasar (ZD, Zertifikat Deutsch). Kursus ini menjemukan, tetapi harus dilalui dengan sukses, khususnya bagi peserat asal Indonesia. Jika nantinya tidak lulus ZD maka posisi penerimaan beasiswa lagi-lagi dicopot.
Dengan informasi yang minim tidak ada peserta kursus tersebut yang membayangkan begitu beratnya menempuh tahap ini. Kursus diselenggarakan di Goethe Institur Jakarta, sejak pukul 08.00 sampai dengan 12.30. Namun harusdilanjutkan dengan sistem pengenalan sistem perguruan tinggi serta pengetahuan umum tentang Jerman hingga pukul 16.00. Lazimnya peserta kursus melanjutkan diri ke perpustakaan untuk latihan pendengaran atau meminjam buku-buku sederhana berbahasa Jerman.
Sampai di rumah tentu saja masih harus mengerjakan pekerjaan rumah yang bejibun. Materi khusus yang secara normal ditempuh dalam waktu empat semester dipadatkan menjadi hanya satu semester dari Maret sampai September. Dengan sendirinya tidak ada waktu untuk mempelajari seluruhmateri di kelas sehingga di rumahpun peserta wajib secaramandiri melanjutkan pelajarannya. Bagi peserta Indonesia yang kebanyakan terampil berbahasa Inggris, mengunyah bahasa Jerman secara detail dengan cara begini menjadi terlalu merepotkan. Banyak peserta kursus yang turun kemampuan bahasa Inggrisnya gara-gara mempraktekkan struktur bahasa Jerman yang berbeda sekali.
Jadwal kursus yang teramat padat mengakibatkan banyak peserta kursus yang mengalami kelelahan fisik lalu jatuh sakit. Beberapaorang sampai mengalami gejala tifus sementara lainnya sering mengalami gejala influenza.padahal lima hari saja mereka tidak masuk mereka ketinggalan pelajaran sepertiga buku dari keseluruhan tiga buku yang diajarkan.
Selama kursus akan diketahui bahwa calon penerima beasiswa pun harus memiliki tabungan yang cukup dengan jumlah minimal Rp.30 juta. Tunjangan dari Ditjen Dikti hanya sebesar Rp.340.000,- setiap bulannya. Padahal intensitas kursus yang begitu padat mengharuskan pelamar untuk tinggal di Jakarta. Apalagi jika harus menyewa tempat tinggal dengan tempat kursus yang berada di kawasan elite menteng bisa menbuat calon pelamar mengeluarkan duit lebih banyak lagi. Padahal di saat yang sama peserta juga diharuskan membayar sendiri terjemahan dokumen guna pengurusan pasport dan visa yakni sebesar Rp.500.000,- serta juga membayar ratusan ribu juga untuk pengecekan kesehatan. Akhirnya biaya yang sangat mahal nantinya diperlukan untuk memberangkatkan anggota keluarga ke Jerman (bagi yang ingin bawa keluarga) karena DAAD hanya membiayai satu tiket pesawat saja bagi penerima beasiswa. Baru sampai disana (Jerman) biaya keluarga mereka yang tanggung sepenuhnya.



0 comments:

Newer Post Older Post Home